Rabu, 26 Januari 2011

Buku Kas dan Tabungan Ifan


Belajar sejak kecil dari Ibu saya (Dra. Hj. Yurdha, MM.), setelah menikah saya membuat Buku Kas untuk pengeluaran rumah tangga.
Ibu selalu mengajarkan pentingnya membuat buku kas tersebut, karena selain untuk mengontrol agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pemasukan dan untuk mempertanggungjawabkan nafkah suami, buku kas juga dapat menghilangkan kecurigaan antar suami istri tentang "penyelewengan dana" rumah tangga.

Dulu, ada 3 Buku Kas di rumah saya. 
Buku Kas saya sebagai Buku Kas Utama (untuk mencatat pengeluaran global rumah tangga), Buku Belanja (untuk mencatat belanja dapur) dan Buku Pengeluaran Ifan (untuk pencatatan pengeluaran kecil keperluan Ifan seperti ongkos si mbak jika ifan tidak dijemput ojek langganannya, pembelian buku tulis di koperasi, dll). Buku Belanja dan Buku Pengeluaran Ifan ditulis oleh asisten rumah tangga dibawah pengawasan saya.
Jadi, para asisten yang bekerja di rumah saya belajar juga akuntansi sederhana. Repot kah? Sama sekali tidak, hanya dengan kesabaran mengajari tambah kurang dengan kalkulator sederhana, dan penjelasan mengapa pencatatan ini diperlukan.
Dengan adanya ketiga buku kas tersebut, disamping mengajari mereka ilmu dasar akuntansi, saya bisa sekaligus mengajari para asisten untuk jujur. Karena setiap belanja ke pasar, detail belanja di tulis di Buku Belanja. Harga pembelian cabe, bawang, dll... dan juga harga kue jika mereka ingin beli. Sisa uang terakhir di dompet belanja harus sesuai dengan catatan saldo harian di Buku Belanja.
Sedangkan di Buku Kas saya, tertulis diantaranya nafkah dari suami dan saya, gaji para asisten, SPP sekolah Ifan, dan jumlah total uang belanja harian yang saya keluarkan.
Jadi, dengan adanya Buku Kas di rumah saya, kami sekeluarga terhindar dari prasangka buruk antara suami, saya dan para asisten rumah tangga kami.

Lalu, apa kaitannya Buku Kas dengan Tabungan Ifan?

Begini ceritanya...

Tentang Ifan dan Buku Kas Rumah Tangga 

Pada suatu akhir bulan, saat saya sedang melakukan tutup buku seluruh Buku Kas, Ifan duduk di samping saya dan ikut melihat saat saya melakukan penghitungan akhir total pemasukan dan pengeluaran rumah tangga. 
Ifan saat itu baru kelas 1 SD, dan membaca catatan pengeluaran : SPP Ifan bulan September 2007 Rp 400.000,-
Ifan langsung berkomentar, "Wah, uang SPP Ifan mahal ya bun!"
Saya tersenyum, dan menjelaskan bahwa ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan pendidikan yang baik.
Saya memang mengajarkan kepada Ifan mengenai nilai uang sejak kecil. Juga penjelasan sederhana tentang mengapa ayah dan bunda harus bekerja. 
Sejak itu, seringkali pada akhir bulan, Ifan menemani saya saat melakukan "tutup buku" pada seluruh Buku Kas Rumah Tangga.

Tentang Tabungan Ifan 

Seperti umumnya orang tua, saya sudah menyiapkan tabungan Ifan sejak Ifan sendiri belum mengerti apa manfaat memiliki tabungan. Saat itu, Tabungan Ifan hanya berupa "Dompet" dengan selembar kertas catatan di dalamnya, yang mencatat dari siapa saja tabungan itu berasal.
Waktu berlibur di Bandung, Ifan mulai berkenalan dengan Nintendo DS Lite, milik sepupunya, mulai jatuh cinta dengan Mario Bros dan teman-temannya.
"Bunda, Ifan pengen punya DS..." begitu pintanya pada saya.
"Ifan, harga DS itu hampir 2 juta. Kalau Ifan mau beli, Ifan harus menabung dulu. Dan DS hanya boleh dimainkan saat weekend dan libur sekolah." Saya memang ingin Ifan belajar mengerem keinginannya untuk masalah mainan, sambil menjelaskan manfaat memiliki tabungan.

Karena saat itu Ifan tidak jajan di sekolah, kemudian saya dan suami sepakat memberi "uang untuk di tabung" oleh Ifan. Dari suami, Ifan mendapat Rp 3.000,- per hari, sedang dari saya Ifan mendapat Rp 10.000,- per minggu.
Mulailah perjuangan Ifan menabung untuk mendapatkan keinginannya. Ifan pun mulai melancarkan "pengumuman" kepada anggota keluarga besar yang telah dewasa bahwa dia saat itu sedang menabung untuk membeli DS. Tentu saja hal ini mengundang banyak simpati, dan akhirnya, tidak sampai 6 bulan, tabungan Ifan cukup untuk membeli DS impiannya :D.

Setelah DS dibeli, saya dan suami tetap memberi Ifan uang tabungan. 
Ifan bertanya, "Untuk apa lagi Bun? Kan Ifan sudah beli DS?"
"Untuk membeli apa saja yang Ifan inginkan, selama disetujui Ayah dan Bunda."
Saya kemudian menjelaskan pentingnya menabung, tapi juga menjelaskan perlunya sesekali menggunakan tabungan dengan bijaksana.

Selanjutnya, uang tabungan Ifan digunakan untuk membeli rangkaian boneka mario bros, main di time zone jika pergi tanpa ayah... dan Ifan juga berkeras mengeluarkan tabungannya sesekali memberi pengemis dan pengamen yang mampir di depan rumah kami, dan memberi bantuan bagi teman sekelasnya yang sakit saat wali kelas Ifan mengkoordinir tanda simpati. 
Semua pemasukan dan pengeluaran tabungan Ifan dicatat di lembar catatan yang disimpan di dalam dompet tabungannya.

Saat Ifan ulang tahun ke 8 th pada 28 Oktober 2008 yang lalu, semua pengajaran saya dan suami tentang tabungan membuahkan hasil puncaknya....
Ifan minta ulang tahunnya dirayakan di sekolah.

"Bunda, Ifan mau merayakan ulang tahun, tapi pakai uang tabungan Ifan aja biayanya," kata Ifan mantap.
"Lho? Memangnya kenapa, Fan?" saya sempat terkesima.
"Kan gaji ayah dan bunda untuk bayar uang sekolah Ifan, belanja bulanan supermarket, belanja tiap hari juga, untuk bayar gaji mbak dan beliin Ifan dan Fian macam2..."

Duh anakku sayang... 
Walaupun ada rasa tidak tega, karena sesungguhnya kami mampu mengeluarkan dana untuk itu, tapi saya menguatkan hati. Toh, suami dan saya selama ini memang mendidik Ifan agar merasakan "kebanggaan" menggunakan uang sendiri.
Tapi yang membuat saya sungguh terharu, karena ternyata Ifan mengingat detail penting yang saya tulis di Buku Kas Rumah Tangga, bahwa Ayah dan Bunda bersama-sama bekerja untuk membiayai hidup bersama. Saya pun memeluk Ifan.
"Oke Ifan, mari kita rancang pengeluaran untuk ulang tahun Ifan..." 
Akhirnya, kami bergotong-royong menanggung biaya perayaan ulang tahun IFan.
Ifan mengeluarkan Rp 700.000,- dari tabungannya untuk biaya lunch box nasi kuning bagi teman-teman sekelasnya. Kue Tart mendapat hadiah dari Bude Fatmah (Fatmah Bahalwan - founder Natural Cooking Club, teman dekat keluarga kami), sedangkan Goody Bags untuk teman-temannya saya dan suami yang membiayai.
Dengan bangga, Ifan menulis biaya lunch box tersebut di lembar catatan di dalam dompet tabungannya.

Buku Kas Ifan 

Lembar kertas di dompet tabungan Ifan mulai penuh dengan catatan pengeluaran dan pemasukan tabungannya. 
Beberapa bulan yang lalu, waktu ke gramedia, Ifan minta dibelikan Buku Kas. Mungkin terdengar aneh, anak kelas 2 SD, minta dibelikan Buku Kas. 
Katanya, "Untuk mencatat tabungan Ifan, Bun, supaya lebih rapi seperti Buku Kas Bunda..."

Akhirnya, saat ini di rumah saya ada 4 Buku Kas : Buku Kas Utama Rumah Tangga yang di kelola oleh saya, Buku Belanja dan Buku Pengeluaran Ifan yang dikelola asisten, dan Buku Kas Tabungan Ifan, yang dikelola oleh Ifan sendiri dengan penuh kebanggaan :D

Jakarta, 13 Juli 2009
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar