Senin, 31 Januari 2011

Saya dan Air Mata





Mungkin karena saat saya masih kecil saya merasa lebih dekat dengan Papa, seingat saya sejak kecil saya tidak terlalu akrab dengan air mata. Saya justru lebih terkenal dengan sikap “ngambeg" daripada "cengeng" :D
"Tukang ngambeg" adalah adalah kata-kata yang sering dilontarkan oleh orang dewasa di sekeliling saya tentang saya. Saat ada kejadian yang tidak saya sukai, saya bukannya menangis, tetapi diam, berbalik dan berdiri menghadap tembok, demikian cerita Ibu dan kakak-kakak saya :)

Saat remaja, ketika saya mulai merasakan "permainan hati", air mata singgah dalam beberapa kesempatan. Meski begitu saya merasa malu jika menangis, dan saya merasa menjadi orang yang lemah jika meneteskan air mata.
Setiap kali saya merasa mata saya mulai berkaca-kaca, saya akan menggigit bibir saya dan mengeraskan hati hanya agar saya tidak menangis. Ketika itu saya beranggapan bahwa "orang yang kuat tidak akan menangis".

Seiring dengan bertambahnya usia, saya pun menyadari bahwa anggapan tersebut tidak benar, bahwa orang yang kuat pun terkadang perlu menangis, bahwa tidak ada yang salah dengan air mata, selama hal itu keluar dengan alami, bukan dengan maksud memanipulasi ataupun karena mengasihani diri sendiri.
Namun, karena telah terlanjur berpendapat bahwa "masalah saya tidak akan selesai hanya dengan air mata" tetap, bagi saya, air mata adalah hal yang sangat pribadi, yang sebisa mungkin saya kendalikan pelampiasannya terutama jika saya sedang berada dimuka umum, bagaimana pun situasinya.

Terus terang, hingga kini, kebiasaan saya dalam mengendalikan air mata jika berada di muka umum ini terkadang menimbulkan sedikit masalah, karena wanita dalam pandangan umum identik dengan air mata :)

Oleh beberapa teman semasa SMP dan SMA, saya dinilai tidak sensitif, tidak mempunyai perasaan hanya karena saya terlalu sering berpikiran logis dengan tidak menangis di saat wanita pada umumnya menangis :D
Saat putri saya, Nada Salsabila Hafizah, berpulang ke rahmatullah, seorang kerabat menyampaikan pembicaraan yang sempat terdengar olehnya tentang saya yang dianggap aneh karena tidak "bersedih" kehilangan seorang putri.

Tentu saja itu semua tidak benar. Hanya saja, saat SMP dan SMA, saya terlalu "angkuh" untuk menangis di depan orang lain.
Sedangkan saat Nada berpulang, air mata sudah tercurah saat saya dan suami dipanggil ke ruang ICU di saat Nada kritis, disaat Dokter melakukan tindakan CPR dengan menekan dada mungil Nada hingga 3 kali tanpa hasil. Setelah itu, setelah air mata saya tercurah dan mengambil kekuatan dari pelukan suami, setelah mengucapkan Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Raaji'uun, alhamdulillah air mata pun menurut untuk saya kendalikan :)

Beberapa teman sempat bertanya, bagaimana saya bisa tegar saat Nada berpulang.
Saat itu jawaban saya hanya, "Nada tidak akan hidup kembali walaupun saya mengeluarkan air mata darah bahkan nanah, kan?"
Di samping itu, bayangkan bagaimana kebingungan Ifan jika melihat seluruh keluarga terpuruk dalam kesedihan dengan kepergian adiknya. Dengan siapa Ifan harus berpegangan? Jika saya dan suami tidak mengatasi duka kami, bagaimana kami bisa membantu mengatasi duka Ifan?
Jadi sebenarnya, mungkin bukan karena saya tegar, tapi karena ada perasaan orang lain yang harus saya pikirkan disamping perasaan saya sendiri, yaitu perasaan Ifan. Karena Ifan saya harus kuat.
Toh di saat air mata saya ingin mengalir, masih ada suami saya sebagai tempat bersandar. Kami bisa saling menguatkan. Kalaupun suami sedang tidak ada disaat saya ingin menangis, selalu ada Allah sebagai tempat saya mengadu :)

Saat saya berjanji kepada Allah untuk selalu belajar agar menjadi lebih baik, baik untuk dunia maupun untuk akhirat saya, air mata lebih sering mewarnai hari-hari saya dibanding sebelumnya.
Mata saya kerap berkaca-kaca dan air mata pun kerap menetes saat mengingat semua dosa yang telah saya lakukan, saat saya mohon ampunan Allah dalam shalat dan doa saya. Demikian juga saat saya masih belajar untuk ikhlas dan berusaha untuk diam ketika berselisih pendapat dengan suami, dan dalam banyak kesempatan saat kebahagiaan datang.

Pendekatan saya dalam mendidik Ifan mengenai "Air Mata" pun perlahan berubah.
Dulu, jika Ifan menangis karena suatu hal, maka kata pertama yang otomatis terlontar dari bibir saya adalah, "Ayo, Ifan, anak laki-laki tidak boleh cengeng..."
Sekarang, saat Ifan menangis biasanya saya memeluk dia erat-erat dan membiarkan Ifan menangis untuk beberapa waktu. Kemudian saya akan berkata, "Ifan, jika menangisnya sudah cukup, ayo sekarang kita bicara. Air mata saja tidak akan membuat masalah Ifan selesai. Bicarakan masalahnya, kita lihat apakah Bunda bisa membantu Ifan menyelesaikan masalahnya..."

Akhirnya, saya bisa berdamai dengan air mata dan menganggap air mata adalah bagian dari proses pembersihan jiwa. Karena akhirnya saya melihat dari sisi fakta bahwa Allah tidak melarang manusia untuk menangis. Rasulullah dan para sahabatnya juga kerap menangis dalam doanya kan?
Namun saya tetap tidak ingin meratap, disamping karena Allah melarang manusia untuk meratap, karena bagi saya meratap sama dengan mengasihani diri sendiri, yang berarti saya tidak ikhlas menerima ketentuan Allah. Sedangkan saya yakin Allah selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya.

Dibawah ini saya kutipkan sebuah artikel dari Detik Health tentang 7 Keajaiban Air Mata, yang membuktikan bahwa semua hal yang tidak dilarang Allah pasti memiliki kegunaan :)

Jakarta, 10 Desember 2009
Yeni Suryasusanti

==========================================================================
Jumat, 21/08/2009 12:05 WIB

7 Keajaiban Air Mata
Nurul Ulfah - detikHealth


Jakarta, Siapa bilang menangis tak ada gunanya? Kelamaan menangis memang bisa bikin mata merah dan bengkak. Tapi jangan salah, menangis dan mengeluarkan air mata ternyata bisa jadi obat ajaib yang berguna bagi kesehatan tubuh dan pikiran. Apa saja?

Dikutip dari Beliefnet, Jumat (21/8/2009), ini dia 7 keajaiban yang bisa Anda dapatkan setelah menangis dan berair mata.
  1. Membantu penglihatan
  2. Air mata ternyata membantu penglihatan seseorang, jadi bukan hanya mata itu sendiri. Cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur.
  3. Membunuh bakteri
  4. Tak perlu obat tetes mata, cukup air mata yang berfungsi sebagai antibakteri alami. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozom yang dapat membunuh sekitar 90-95 persen bakteri-bakteri yang tertinggal dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin dan tempat-tempat yang mengandung bakteri, hanya dalam 5 menit.
  5. Meningkatkan mood
  6. Seseorang yang menangis bisa menurunkan level depresi karena dengan menangis, mood seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena emosi mengandung 24 persen protein albumin yang berguna dalam meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata.
  7. Mengeluarkan racun
  8. Seorang ahli biokimia, William Frey telah melakukan beberapa studi tentang air mata dan menemukan bahwa air mata yang keluar dari hasil menangis karena emosional ternyata mengandung racun. Tapi jangan salah, keluarnya air mata yang beracun itu menandakan bahwa ia membawa racun dari dalam tubuh dan mengeluarkannya lewat mata.
  9. Mengurangi stres
  10. Bagaimana menangis bisa mengurangi stres? Air mata ternyata juga mengeluarkan hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin. Selain menurunkan level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stres seperti tekanan darah tinggi.
  11. Membangun komunitas
  12. Selain baik untuk kesehatan fisik, menangis juga bisa membantu seseorang membangun sebuah komunitas. Biasanya seseorang menangis setelah menceritakan masalahnya di depan teman-temannya atau seseorang yang bisa memberikan dukungan, dan hal ini bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan juga bersosialisasi.
  13. Melegakan perasaan
  14. Semua orang rasanya merasa demikian. Meskipun Anda didera berbagai macam masalah dan cobaan, namun setelah menangis biasanya akan muncul perasaan lega. Setelah menangis, sistem limbik, otak dan jantung akan menjadi lancar, dan hal itu membuat seseorang merasa lebih baik dan lega. Keluarkanlah masalah di pikiranmu lewat menangis, jangan dipendam karena Anda bisa menangis meledak-ledak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar