Rabu, 26 Januari 2011

Tinjauan Buku : My Stupid Boss


Beberapa minggu yang lalu, saya melihat seorang teman yang sedang membaca buku sambil tertawa-tawa. Hampir setiap kali dia membalik lembarnya, tawanya kembali terdengar.
Penasaran, saya melihat judul bukunya yang ternyata memang mengundang tawa ironis : My Stupid Boss, pengarangnya Chaos@work, terbitan Gradien Mediatama.

Sebagai pecinta buku, saya akhirnya membeli buku yang membuat penasaran itu.
Terus terang selama ini selera buku saya memang beragam, namun cenderung serius. Lemari novel saya penuh dengan buku-buku Tom Clancy, Dan Brown, Sydney Sheldon, Agatha Christie, Barbara Taylor Bradford, dan masih banyak lagi, yang paling ringan adalah Harry Potter, lengkap 7 buku. Buku "My Stupid Boss" akan menjadi buku yang paling ringan diantara koleksi buku saya :)

"My Stupid Boss" menceritakan tentang seorang Atasan dan Pegawainya yang berkebangsaan Indonesia yang "terjebak" dalam kerja sama dengan setting wilayah Malaysia.
Buku ini jenis ringan, lucu, gila malah, merupakan sharing pengalaman mengesalkan antar penulis dan Boss-nya. Jadi buku ini tidak ada closingnya. Mengalir begitu saja.

Berikut kutipan ringkasan dibelakang cover bukunya, yang tentu saja mengundang tawa :

"Gue terharu banget Pak Boss mandang gue begitu tinggi. Dia super yakin Christopher Reeves is not the real Superman, but I am." 


Heheheheh....

Bagian favorit saya terdapat diawal buku, di halaman 14-16, berikut kutipan ringkasnya :

"Sekarang gue tau apa yang salah di perusahaan ini. Gak ada sistem sama sekali! Gak ada Standard Operating Procedure, jadi kita kerja serabutan. Belum lagi pekerja kurang, gak ada sense of belonging sama kerjaannya. Kerja sesuka hati. Kalo ada kesalahan, saling tunjuk. Komplen customer bejibun, nggak ada solusi. Gue udah buatin SOP untuk semua bagian. Boro-boro dibaca, Pak Boss malah ngomong, "Hah? Sopi? Siapa Sopi?" 

Heheheheheheheh....

Bagi yang ingin bacaan yang bisa membuat tertawa (meskipun diatas penderitaan orang lain :D) sambil sesekali mungkin berpikir "ya ampunnnn... ini kejadiannya mirip boss gue nih!", yang bisa dihentikan kapan saja jika kita ada pekerjaan lain, saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Buku ini adalah hiburan yang ironis.

Saya membaca buku ini pada hari sabtu yang lalu, saat menemani Ifan les berenang di senayan, dimana dia ikut klub Pari Sakti bimbingan Radja Nasution. Tentu saja dengan resiko mengundang banyak kepala menoleh kepada saya saat saya tertawa sendiri berkali-kali seperti orang gila :D
Menurut saya, sebagian dari watak si Boss umumnya ada di setiap pimpinan level manager keatas. Saat kalian membaca buku ini, mungkin ada ungkapan-ungkapan si Boss yang terdengar tidak asing bagi kalian. Namun pastinya, watak si boss jarang seluruhnya terdapat pada 1 orang saja.

Setiap kali saya membaca sebuah buku, saya selalu berusaha mengambil nilai yang bisa memperkaya pribadi saya sebagai manusia. Baik itu hanya sekedar wacana ataupun ilmu, karena biasanya buku ditulis setelah melewati riset panjang untuk fiksi, atau berdasarkan pengalaman pribadi seseorang.
Apa manfaatnya bagi saya membaca buku ini? Buku yang jelas-jelas dari judulnya saja sudah konyol "My Stupid Boss"?

Tentu saja setelah membaca buku ini, saya sadar harus menjadi orang yang lebih bersyukur lagi kepada Allah bahwa saya bukan si penulis, dimana dia bekerja dengan sistem kontrak untuk beberapa tahun, dan bila salah satu pihak mau memutuskan kontrak sebelum waktunya, pihak tersebut harus membayar sisa bulan kerja kepada pihak yang diputuskan kontraknya. Itulah mengapa di awal tinjauan ini saya mengatakan mereka "terjebak" dalam kerja sama.
Sedangkan saya, masih bisa membuat pilihan. Jika saya tidak senang dengan pekerjaan maupun cara atasan saya memimpin, saya bisa saja mengundurkan diri dari tempat saya bekerja tanpa dikenakan sanksi hukum maupun materi, sambil dengan ringan berkata,
"Bye Boss, Insya Allah, Allah menebar rezeki dimana-mana, tidak hanya di kantor ini."

Setiap pengalaman hidup pasti ikut menyumbang nilai dalam berkembangnya kepribadian kita. Memiliki atasan yang tidak menyenangkan, tidak kooperatif, egois, tidak peka, bahkan semena-mena pasti sungguh menyiksa. Tapi tidak ada yang sia-sia di dunia ini jika kita bisa mengambil pelajaran dari setiap pengalaman, meskipun dari pengalaman pahit. Saya menilai si penulis akhirnya menjadi orang yang tangguh, mampu berargumentasi, dan malah - setelah memahami kepribadian si boss - sanggup membalas sikap boss-nya dengan cara yang cemerlang.

Begitu juga dengan kita. Sebagai karyawan, pasti kita pernah berada dalam situasi tidak menyenangkan akibat karakter atasan kita, yang mungkin mirip dengan situasi dalam buku ini. Tapi toh kita bertahan, belajar untuk mengatasi setiap konflik yang terjadi dengan mengenali karakter atasan kita masing-masing. Kapan waktu dan cara yang tepat untuk bertanya, kapan waktu dan cara yang tepat untuk memberi usulan, atau kapan waktu untuk diam saja. 
Dengan memahami atasan kita, kita akan terhindar dari konflik berkepanjangan.
Mungkin akan ada yang protes, "Mengapa hanya kita yang harus memahami atasan? Bukankah seorang atasan yang baik juga harus memahami bawahannya?"

Well, karena saya belajar dari 10 tahun lebih pernikahan saya. 
Saya sampai kepada kesimpulan bahwa kita tidak bisa mengubah pribadi seseorang tanpa keinginan untuk berubah dari orang itu sendiri. Kita hanya bisa mengubah diri kita. Namun, perubahan pribadi kita pastinya akan berdampak juga pada orang tersebut. Jika perubahan kita positif, Insya Allah dampaknya pada orang tersebut juga positif. Memang butuh niat kuat, kesabaran dan energi yang tidak sedikit, at least it works for me.

Jika hal tersebut tidak juga berhasil, kita masih punya pilihan lain. Kita dapat mengundurkan diri entah memutuskan untuk menjadi Ibu Rumah Tangga (bagi wanita berkeluarga) atau dengan mencari peluang untuk bekerja di perusahaan lain. Kita bisa memilih. Karena hidup terdiri atas serangkaian pilihan.

Jakarta, 25 Mei 2009
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar