Sabtu, 05 Februari 2011

Fian Bernyanyi, Ifan Mengaji



Meskipun baru berusia 2 tahun, sudah terlihat jelas kesukaan Fian dengan nyanyian. Fian kerap menyanyikan lirik lagu-lagu, meskipun dengan nada datar yang tidak sesuai dengan irama lagu aslinya heheheh...
Sudah 2 minggu ini, sejak berhasil disapih dari ASI, Fian selalu meminta saya menyanyikan lagu ini untuk pengantar tidurnya :

Tuhan
Wali Band

Tuhan, dengarkan aku
ku memohon kepada-Mu
ku angkat tanganku, ku lafazkan lidahku
menyebut nama-Mu, Tuhan

Tuhan, lihatlah aku
ku berserah kepada-Mu
ku letakkan keningku bersujud pada-Mu
ampuni dosa-dosaku

Reff :
Tuhanku, jangan ambil nyawaku
sebelum ku dekat dengan-Mu
Tuhanku, siapkan duniaku
tuk nanti tiba akhiratku

Berapa nikmat yang tlah kau beri
berapa yang tlah aku ingkari
masih pantaskah sujudku pada-Mu
aku malu, aku malu...

Kembali ke Reff

Dan entah mengapa, setiap kali menyanyikan lirik lagu ini sambil memeluk Fian, air mata selalu mengembang di pelupuk mata saya, tidak jarang hingga mengalir deras...
Jadi teringat saat hidayah awal untuk menutup aurat datang menghampiri saya (baca : http://www.facebook.com/note.php?note_id=106279493111), salah satu tanda yang saya kenali adalah air mata yang juga mengembang saat menyanyikan lagu-lagu Raihan.
Kali ini pertanda apakah air mata ini? Apakah merupakan panggilan agar saya berusaha dengan lebih keras agar lebih dekat lagi dengan Allah?
Sungguh Allah Maha Mengetahui, apakah karena saya yang sangat menyukai nyanyian maka Allah mencoba mengetuk hati saya lewat nyanyian pula?
Semua masih menjadi tanda tanya besar bagi saya hingga saat ini, sehingga saya hanya mampu menarik kesimpulan sementara dari lirik lagu tersebut bahwa mungkin, Allah mengingatkan saya untuk lebih mensyukuri nikmat Allah, betapa maut bisa menjemput kapan saja, mengingatkan saya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan sesegera dan sedini mungkin mendidik kedua buah hati kami agar bisa menjadi anak-anak yang kelak mendoakan orang tuanya jika kami sudah berpulang ke rahmatullah...

Lain lagi dengan Ifan, yang meskipun ternyata kalau ditanya juga hafal lirik lagu, tapi Ifan tidak suka menyanyikannya, hanya suka mendengarkan :)
Kemampuan Ifan menghafal dari mendengarkan (termasuk menguping pembicaraan hehehe) - meskipun tidak biasa dan awalnya sempat menjadi kendala - menurut saya cukup luar biasa.
Awalnya, ketika Ifan masih di TK, karena keterbatasan waktu dan kemampuan saya dalam mengajar mengaji, kami memasukkan Ifan di TPA di mesjid dekat rumah kami. Meski sejak awal ragu karena mengenali Ifan termasuk anak yang sulit berkonsentrasi sedangkan TPA tersebut menampung cukup banyak anak-anak komplek dan sekitarnya dari kalangan menengah ke bawah, kami tetap memasukkan Ifan kesana dan tidak memanggil guru khusus ke rumah untuk mengajar Ifan mengaji.
Suami saya berkata, paling tidak dengan beramai-ramai mengaji di mesjid bersama teman-temannya, Insya Allah bisa menumbuhkan cinta Ifan kepada rumah Allah tersebut.
Setiap ada kesempatan meskipun terus terang dengan malu saya harus utarakan bahwa kesempatan itu tidak rutin, saya mengetest kemampuan Ifan membaca Iqra, dan sempat saya sedikit kecewa karena meskipun saat itu sudah Iqra 4, namun Ifan masih terbata-bata membaca huruf dan panjang pendek tanda bacanya.
Yah, secara di TPA tersebut 1 orang ustadzah mengajar sekaligus puluhan murid, tentu saja perhatian ustadzah tidak bisa hanya untuk Ifan. Sedangkan Ifan, agak sedikit sulit untuk serius belajar jika ada pengalih perhatian :(

Ketika putri kami Nada berpulang ke rahmatullah, malam ketiga (terakhir) takziah kami isi dengan mendengarkan siraman rohani oleh Ustadz Uding Rafiudin, ustadz yang seminggu sekali mengisi pengajian ibu-ibu di mesjid komplek kami.
Mendengar alunan suara Ustadz Dudin (begitu panggilan kami kepada beliau) mengaji kalam Ilahi di tengah ceramah beliau, sungguh hati saya tergetar, betapa indah alunan suara beliau mengaji. Dari ibu saya akhirnya saya mengetahui bahwa beliau memang seorang Qori.
Saya berdiskusi dengan suami, mengenai keinginan saya untuk memberikan Ifan guru mengaji privat agar bisa mengoptimalkan kemampuannya dalam mengaji. Toh alhamdulillah manfaat awal dari TPA sudah kami dapatkan, kecintaan Ifan kepada mesjid, dan Ifan mau berteman dengan semua anak tanpa memandang status ekonomi keluarganya. Alhamdulillah, suami memperkenankan permintaan saya :)
Setelah bicara dengan Ustadz Dudin, ternyata beliau hanya punya 1 hari dalam seminggu yang sesuai dengan jadwal Ifan. Meskipun merasa itu sangat kurang untuk belajar mengaji, tapi akhirnya kami sepakat untuk Ifan berhenti dari TPA An Nur dan mulai menjalankan privat mengaji.

Beberapa bulan yang lalu, saat saya ada kesempatan bertemu sang guru mengaji, Ustadz menyampaikan bahwa beliau berkeinginan Ifan memulai mengaji Al Qur'an.
Ternyata meskipun sudah Iqra 6, karena pada dasarnya Ifan memang cepat bosan dan spesial needs untuk masalah konsentrasi, Ifan masih belum lancar membacanya.
Namun alhamdulillah, ternyata Ustadz Dudin melihat potensi lain dari Ifan, yaitu kuatnya pendengaran dan hafalannya.
Akhirnya, waktu mengaji dibagi antara mengaji dan hafalan surat pendek Al Qur'an agar Ifan tidak bosan.

Tanggal 4 Juli 2010 kemarin, kami mengadakan acara syukuran keluarga atas khitanan Ifan.
Suami saya meminta ada acara siraman rohani oleh Ustadz Dudin, yang didahului dengan Ifan mengaji untuk menguji keberaniannya.
Ternyata, Ustadz Dudin meminta Ifan memilih, mau mengaji atau membaca hafalan suratnya, dan Ifan memilih membaca hafalan surat pendek Al Qur'an.

Siang itu, saya mendengar Ifan mengaji hafalan surat pendek Al Qur'an tanpa putus, dengan Al Qur'an yang diletakkan tertutup di depannya.
Ya Allah... hampir menitik air mata saya saat mendengar Ifan membaca hafalan 13 surat mulai surat At Takatsur hingga An Nas... tanpa dipandu sama sekali, hafal dengan berurutan pula suratnya...
Meskipun juga mengundang senyum, karena saat mulai acara Ifan cegukan, sehingga hafalan surat pendek Al Qur'an itu dihiasi dengan suara cegukan Ifan :D

Saat keluarga besar berkomentar, "Wah, Ifan, sekarang ayahnya kalah nih sama Ifan hafalan suratnya... Qulhu lagi Qulhu lagi hahahahah..."
Ifan menjawab sambil tersenyum, "Nggak kog... sebenarnya Ayah tuh hafal semua... hanya suka pilih surat yang pendek-pendek aja..."
Duh, terharu juga mendengar pembelaan Ifan terhadap ayahnya... :)

Saat itu juga saya merasa Allah menegur saya...
Ya, ada banyak cara untuk mendekatkan diri kepada Allah... Yang tidak boleh saya lakukan adalah memaksa anak-anak dan orang-orang yang berada di dekat saya untuk mendekatkan diri kepada Allah hanya dengan cara yang saya ketahui...
Contoh nyata, Ifan, yang pernah saya merasa sedikit kecewa dengan kemampuan membaca Iqra-nya, meskipun hingga kini masih terbatas kemampuan membacanya, ternyata mampu menghafalkan surat pendek Al Qur'an meskipun dengan cara yang tidak biasa, mungkin dengan cara sesekali didiktekan oleh guru mengajinya untuk menyempurnakan bacaannya... yang di forum syukuran keluarga kemarin didoakan oleh Usdadz Dudin semoga kelak bisa menjadi seorang hafiz...
Insya Allah, seperti yang sering dikatakan Ibu saya, "Lancar kaji karena di ulang...", semoga kelak Ifan membaca Al Qur'an dengan lancar, bukan hanya kuat di hafalan saja... Amin Ya Rabbal 'Alamiin...

Alhamdulillah ya Allah, telah Engkau pertemukan kami dengan guru mengaji yang dengan penuh kasih sayang mau melihat potensi Ifan dan tetap membimbingnya meskipun tidak dengan cara yang konvensional...

Dini hari tadi, pukul 04.00 WIB, melihat Ifan dan Fian yang tidur lelap, terucap doa di dalam hati saya untuk mereka...

Ya Allah,
Perkayalah anak yang kami sayangi ini dengan ilmu,
Hiasilah hatinya dengan kesabaran,
Muliakanlah wajahnya dengan ketakwaan,
Perindahlah fisiknya dengan kesehatan,
Cintailah mereka seperti cinta-Mu pada para syuhada...

Ya Allah,
Jagalah istirahatnya di keheningan malam-Mu,
Lindungilah tidurnya dengan berkah-Mu,
Bangunkan mereka saat Subuh datang dengan Rahmat-Mu...

Jakarta, 5 Juli 2010
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar