Jumat, 15 April 2011

Selalu Ada Alasan Untuk Bersyukur...



Setiap makhluk yang bernyawa pasti pernah mengalami sakit, dan juga akan menghadapi kematian. Namun tidak ada seorang pun di antara kita yang tahu kapan ajal akan datang menjemput dan dimana kita akan meninggal.

Sesuai dengan sabda Rasulullah :
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.
(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571)

Dan firman Allah :
"Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.”  (QS. Al-Anbiya: 35)
"Dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”  (QS. Luqman: 34)

Entah kenapa hari ini berulang kali saya teringat kepada seorang sahabat yang telah berpulang ke rahmatullah akibat sakit yang dideritanya, Moekti Ikhtiarini yang lebih dikenal dengan nama Ruri.
Saya ingin bercerita tentang betapa Ruri telah menjadi salah seorang yang memberikan inspirasi bagi saya dalam hal ketabahan, dalam mencintai anak-anak dan dalam hal pemberian ASI...

Ruri menjabat sebagai Ibu Admin di Milis Natural Cooking Club (NCC - http://www.NCC-Indonesia.com/).
Ketika Ruri hamil anak kedua, saat usia kandungan sudah mencapai 9 bulan, bayi Ruri meninggal dalam kandungan, sebelum sempat menghirup udara dunia... Operasi caecar pun dilakukan untuk mengeluarkan bayinya, obat pun diberikan untuk menghentikan produksi ASInya.
Ternyata, efek penghentian ASI tersebut berbuntut panjang. Ruri di diagnosa menderita kanker payudara ketika sedang hamil anak ketiga pada tahun 2006, diduga kanker bermula dari penghentian produksi ASI.
Kehamilan tetap diteruskan, operasi pengangkatan payudara sebelah kanan dilakukan di tengah kehamilan. Ternyata kanker terus menjalar... ke kelenjar getah bening...
Bayi Ruri dilahirkan dengan operasi caecar, alhamdulillah dengan selamat dan sehat...
Namun, setelahnya Ruri mengalami perdarahan. Ternyata perdarahan itu disebabkan karena rahim Ruri tidak bisa berkontraksi lagi dan ternyata rahimnya mengeras karena kapur yang entah bagaimana terbentuk yang ternyata berfungsi untuk melindungi bayinya dari serangan kanker. Saat itu, satu-satunya cara adalah dengan mengangkat rahimnya. Maka Ruri pun kembali masuk ke ruang operasi untuk menjalani operasi pengangkatan rahim.
Seharusnya segera setelah melahirkan Ruri menjalankan kemoterapi untuk mengobati kankernya. Namun Ruri memilih menunda kemoterapi dan memberi ASI Eksklusif selama 6 bulan demi bayinya... 
Subhanallah, Allah memang Maha Besar, hanya dengan sebelah payudara, Ruri bisa menyusui Zhafira dengan lancar dan sepertinya Zhafira tahu bahwa Bundanya hanya bisa menyusui dengan sebelah  payudara, karena menurut Ruri, Zhafira selalu terlihat kenyang setelah ASI dari payudara yang hanya tinggal sebelah itu habis...

Setelah selesai memberikan ASI Ekslusif Ruri menjalani terapi. Awalnya kemoterapi, dan kemudian diikuti dengan radioterapi karena tiba-tiba di dada kanannya diatas payudara telah diangkat ternyata tumbuh lagi benjolan yang besar dan keras. Kanker pun menjalar ke paru-parunya...
Perjalanan terakhir bersama Ruri adalah pada saat saya hamil sekitar 7 bulan, kami bersama-sama menghadiri kopdar NCC Bandung di Toko Magenta. Saat itu rombongan dari Jakarta mampir di rumah Ibu saya di Buah Batu untuk shalat sebelum kembali ke Jakarta. Ruri shalat dengan duduk di kursi, karena jika Ruri melakukan sujud, maka Ruri akan batuk-batuk secara luar biasa karena kanker yang sudah menyerang paru-parunya...
Pertemuan terakhir saya dengannya adalah ketika Ruri baru keluar dari ICU di bulan Juli 2008, saya meminta dengan sangat kepada suami untuk mengantar saya ke MMC. Saat itu Fian belum berusia 1 bulan, menunggu di tempat parkir bersama suami dan pengasuhnya... Ruri terlihat sangat tegar dan tabah, tidak terdengar sekalipun keluhan keluar dari bibirnya... Ruri tersenyum dan minta dimaafkan jika ada kesalahan... dan saat itu saya pun tidak kuasa menahan air mata...
Akhirnya Ibu Admin NCC yang luar biasa berpulang ke rahmatullah pada tanggal 5 Agustus 2008... dan kesedihan luar biasa adalah ketika suami ternyata tidak bisa mengantar saya untuk mengantarnya ke peristirahatan terakhir sedangkan saat itu saya tidak mungkin pergi tanpa Fian yang baru berusia 1 bulan lebih karena saya belum memiliki stok ASI untuknya...

Bertahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2000, seorang sepupu saya, di diagnosa menderita kanker usus stadium 2, dan beberapa tahun setelahnya di vonis menderita penyakit Lupus pula.
Namun hingga kini alhamdulillah sepupu saya tersebut masih bertahan hidup dengan kedua penyakit ganasnya, bahkan sempat berjihad dengan hamil dan melahirkan dua orang putri yang luar biasa pula :)

Ada pula seorang kenalan saya di diagnosa menderita kanker hati. Upaya menghentikan kanker tersebut dilakukan dengan membuang bagian hati yang telah terkena kanker.
“Setiap satu orang bisa hidup dengan 30 persen hati yang sehat,” ujar Tjhang Supardjo MD Msurg FCCS, dokter lulusan Zhejiang University School of Medicine, China yang merupakan salah satu tim dokter yang pernah melakukan transplantasi hati di Rumah Sakit Puri Indah Jakarta.
Secara teori, hati yang sehat yang tertinggal akan tumbuh kembali dan menjadi kembali normal dalam waktu 3 - 8 bulan.
Waktu demi waktu berlalu... dan ternyata pada akhirnya kanker yang menyerang kenalan saya menjalar juga ke hati yang semula sehat, sehingga dalam waktu dekat kenalan saya tersebut harus melakukan transplantasi hati, yang merupakan jalan terakhir pengobatan hati.
Namun, "masa tunggu" menunggu mendapatkan donor hati yang cocok pasti merupakan masa yang sangat berat baginya...

Saya teringat ketika saya hamil anak ketiga, sekitar 10 bulan setelah Nada Salsabila Hafizah, putri kedua saya berpulang ke rahmatullah. Saat itu di bulan Januari 2007, saya mengalami perdarahan dan harus bedrest. Namun setelah menjalani bedrest pun perdarahan tidak kunjung berhenti. Ternyata janin saya tidak berkembang. Seharusnya kehamilan saya berusia 10 minggu, namun janin saya tidak berkembang sejak kehamilan 5 minggu, belum ada detak jantungnya. Dan karena perdarahan yang masih terus terjadi, hampir tidak ada yang tersisa... dan janin saya harus dikuret...
Dokter memberitahukan keputusan harus kuret pada hari Jumat, dan operasi kuret dijadwalkan pada hari Senin pagi pukul 08.00 WIB di RS. Harapan Kita.
"Masa tunggu" yang saya jalankan selama 3 hari adalah masa yang paling berat dalam hidup saya. Perasaan sedih dan tidak berdaya sungguh luar biasa memukul saya.
"Ya Allah, telah Engkau ambil putri yang Engkau titipkan pada kami, masa hendak Engkau ambil pula janin yang telah sempat melambungkan hati saya..." demikian saya menangis...
Alhamdulillah... seorang sahabat memberikan saya dzikir dan doa untuk penenang hati. Dan selama 3 hari tanpa putus saya membacanya, awalnya selalu dengan berurai air mata, hingga akhirnya keikhlasan saya tercapai juga.
Akhirnya pada hari Senin paginya saya menjalani operasi kuret dengan tenang dan ridha dengan ketentuan Allah untuk saya...

Dengan keempat cerita di atas, saya sama sekali bukan hendak memamerkan penderitaan kami semua... sama sekali bukan...
Saya hanya ingin berbagi bahwa meskipun pada suatu masa saya pernah merasa menjadi orang yang paling malang di dunia, ternyata selalu ada alasan untuk bersyukur ketika saya mencoba melihat orang-orang di sekeliling saya.
Perjuangan dalam mengatasi dua kehilangan yang saya alami belumlah seberapa dibandingkan perjuangan sahabat, sepupu dan kenalan saya. Alhamdulillah, Allah masih memberi saya nikmat "sehat"...
Namun sebaliknya, sahabat, sepupu dan kenalan saya mungkin juga bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk meluruhkan dosa-dosa dengan sakitnya, mendapatkan kesempatan pula untuk melihat siapa saja teman sejati yang mendampingi mereka di saat sakit mendera...

Keyakinan kita akan kekuasaan Allah membuat segalanya menjadi mungkin. Keyakinan bahwa ketika Allah menciptakan kita, Allah juga telah menentukan apa yang terbaik untuk hidup kita meskipun mungkin kita sendiri belum tahu apa yang terbaik hingga saatnya tiba...
Keyakinan itu pula yang membuat saya akhirnya bisa ikhlas saat kehilangan calon buah hati pengganti Nada...
Dan saya yakin, keyakinan itu pula yang membuat sahabat, sepupu dan kenalan saya bisa ikhlas menerima vonis dokter atas kanker yang mereka derita...

Harapan yang selalu ada membuat hidup kita terus berjalan, membuat kita tidak putus berusaha. Dan ternyata harapan saya untuk kembali memiliki buah hati memang hanya "ditunda" oleh Allah.
Allah memberikan kebahagiaan dengan kehadiran Ahmad Balda Arifiansyah pada tahun berikutnya, pada tanggal 16 Juni 2008...
Dan saya juga yakin, harapan juga yang membuat sahabat, sepupu dan kenalan saya terus berjuang melawan kanker yang mereka derita...

Dan akhirnya... Cinta membuat hidup kita menjadi indah dan bahagia...
Saya, sahabat, sepupu dan kenalan saya tentu mengambil kekuatan dari cinta kasih Allah, keluarga dan para sahabat di sekeliling kami, sehingga tetap bisa menjalani hidup dengan bahagia ditengah ujian yang menempa... Dan saya percaya, jika kami bisa, tentu demikan pula teman-teman semua...

Ya, selama nyawa kita masih ada, jika kita mau membuka mata dan melihat orang lain di sekeliling kita, percayalah, selalu ada alasan untuk bersyukur atas setiap anugrah maupun musibah yang menimpa kita... :)

Jakarta, 15 April 2011
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar