Sabtu, 03 September 2011

Idul Fitri dan Masa Lalu



Tulisan ini merupakan tulisan terpendek yang pernah saya buat hingga saat ini. Saya persembahkan untuk seorang teman lama.
Teman yang dari luar terlihat selalu ceria dan easy going, namun ternyata memiliki hati yang sangat halus - karena bisa secara spontan menangis di toilet ketika saya berbagi sebuah episode dari kehidupan saya :D

------------------------------------------------------------

Sehari sebelum Idul Fitri saya membaca coretan lama seorang teman, yang dia persembahkan khusus untuk seseorang yg ingin “bersih” dari masa lalunya.
Tentang bagaimana dia kerap merasa terganggu dengan bayangan masa lalu yang sering muncul dalam bentuk penyesalan yang tidak bisa dirubah dan berujung dengan gelombang keputusasaan yang berkepanjangan.
Tentang bagaimana kata-kata “seandainya” bolak-balik menghantui perasaan dan membuat otak teman saya kembali ke masa lalu.
Tentang bagaimana teman saya kerap dihadapkan pada pembahasaan tentang masa lalunya, beradu pendapat dan lagi-lagi berujung dengan saling menyakiti dan rasa sakit yang luar biasa. Masa lalu yang seharusnya tidak perlu lagi diperdebatkan menjadi topik utama dan kembali menuai rasa kecewa bagi dirinya.
Hingga akhirnya teman saya itu belajar berdamai dengan masa lalu, dan mengatakan : If the past posibble to change, maybe everybody does it... But now the important thing is what will you do for the future...

Yup, bahkan dalam film science fiksi tentang perjalanan waktu selalu dipesankan "Jangan merubah yang telah terjadi di masa lalu agar tidak merusak masa depan"...

Seperti setiap orang, saya juga memiliki masa lalu yang tidak sempurna. Banyak kesalahan yang telah saya lakukan akibat kurangnya ilmu dan iman saya :(
Dan seperti teman saya, ada beberapa orang yang pernah dan mungkin kelak akan mengungkit itu semua. Bisa teman atau sahabat lama, bahkan mungkin orang terdekat saya. Membeberkan beberapa dosa, mempertanyakan beberapa keputusan, dan mempersalahkan beberapa tindakan yang telah saya lakukan.
Meskipun tentu saja akan lebih baik jika sejak dulu saya memiliki ilmu dan iman yang bisa menghindarkan saya dari kesalahan yang terjadi, namun jika ada orang yang mengungkit atau pun mempertanyakan masa lalu saya, maka saya akan tersenyum sambil berkata, "Masa lalu itu yang membentuk saya yang sekarang. Saya yang lebih dewasa, lebih luas wawasannya, lebih mau memahami dan bisa memaafkan kesalahan yang orang lain perbuat. Saya yang juga percaya bahwa masih ada beberapa orang yang menghargai kesempatan kedua. Masa lalu itu juga insya allah akan bermanfaat ketika saya memiliki anak. Saya akan lebih mudah memahami kenakalan dan kesalahan yang kelak mungkin mereka lakukan karena saya pernah melakukannya juga - meskipun tentu saja saya berharap anak-anak saya tidak melakukan kenakalan dan kesalahan sebanyak yang saya lakukan..."

Idul Fitri selalu mengajarkan kepada saya tentang banyak hal. Salah satunya adalah tentang memaafkan. Tidak hanya tentang betapa mulianya memaafkan kesalahan orang lain, namun juga tentang bagaimana memaafkan kesalahan diri sendiri.
Jadi, bisa saja kita sudah terlanjur memiliki masa lalu yang suram. Namun, jika kita belajar dari kesalahan dan berdamai dengan masa lalu kita, maka percayalah, masa depan kita tidak harus ikut kelam...

Jakarta, 3 September 2011
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar