Sabtu, 28 Januari 2012

Ketika Papa Kehilangan Dompet...

Banyak pelajaran dari Ibu saya yang hingga kini tidak pernah saya lupa.
Salah satunya adalah pengajaran beliau setiap kali saya mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.

Ketika saya mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, Ibu selalu mengingatkan saya untuk melakukan 4 hal :
  1. Melakukan introspeksi diri, melihat kemungkinan pemicu mengapa kejadian yang tidak menyenangkan itu terjadi
  2. Melakukan perbaikan diri, jika ternyata kita ikut andil - meskipun sedikit - sebagai penyebab terjadinya kejadian yang tidak menyenangkan tersebut
  3. Melibatkan pihak-pihak tertentu atas nama keadilan, jika benar-benar perlu
  4. Mengikhlaskan segalanya, karena semua yang kita miliki hanyalah titipan

Demikian juga ketika saya kehilangan dompet di kendaraan umum.
Meskipun bersimpati, Ibu tetap meminta saya melakukan introspeksi diri.
Pertanyaan pertama sudah bisa saya duga : Apakah saya tetap waspada dan melindungi tas saya dari jangkauan tangan-tangan pencopet?
Pertanyaan kedua, cukup mengagetkan saya : Apakah uang saya selama ini bersih dari "hak orang lain"?
Jujur, sebelumnya tidak pernah terpikirkan bahwa mungkin saja saya mengalami kehilangan karena ada uang orang lain yang belum saya keluarkan hak-nya dari harta saya dalam bentuk Zakat, Infaq dan Shadaqah.

Kamis yang lalu, Ibu bercerita kepada saya, bahwa dalam perjalanan kembali ke Bandung dari Jakarta, Papa saya kehilangan dompetnya. Nilai uang tunainya tidak banyak, namun bayangkan kerepotan yang harus Papa saya alami dengan pemblokiran ATM dan Credit Card serta pengurusan pembuatan ulang KTP dan SIM.

Mencoba menelusuri kemungkinan dimana kehilangan terjadi Papa mengurutkan perjalanan tersebut :
  1. Naik Taksi dari rumah ke Gambir
  2. Sarapan di Hoka Hoka Bento Gambir
  3. Naik kereta ke Bandung

Papa baru sadar kehilangan dompetnya ketika akan turun dari kereta api di stasiun Bandung.
Mencoba mencari di sekitar tempat duduk karena khawatir terjatuh ketika papa tertidur, lalu ketika tidak menemukannya Papa segera melaporkan kepada petugas KA.
Cukup mengagetkan saya yang mendengarnya, meskipun para penumpang lain sudah terlanjur turun, seluruh petugas KA yang bertugas dikerahkan memeriksa seluruh gerbong untuk memeriksa apakah ada dompet yang "dibuang" setelah dikuras isinya.
Ketika dompet tersebut tidak ditemukan juga, Papa diarahkan untuk melaporkan kehilangan kepada Polisi yang ternyata ada pos khususnya di stasiun Bandung. Alhamdulillah, Papa jadi tidak perlu repot mampir lagi di Pos Polisi di luar area stasiun untuk mendapatkan surat kehilangan agar bisa tetap menyetir mobil sementara SIM belum diurus.
Yang menyenangkan lagi, ketika Papa mau memberi uang terima kasih sekedarnya atas bantuan para Polisi dari sedikit uang yang tersisa di kantung celana Papa, para Polisi tersebut menolak sambil berkata, "Wah, Pak, jangan ah. Bapak kan baru kehilangan uang, masa masih memberi kami lagi... Nggak usah, Pak."
Alhamdulillah, terbukti diantara para petugas hukum masih ada orang-orang yang baik :)

Setibanya di rumah kakak saya untuk mengambil mobil yang dititipkan disana, Papa segera menghubungi bank untuk melakukan blokir sementara atas ATM dan Credit Card.
Mengabaikan panggilan masuk tanpa nama (Papa jarang mau mengangkat telepon di HP jika penelepon tidak ada di memori HP Papa hehehe...), Papa dan Ibu melanjutkan perjalanan pulang ke Lembang dengan mengendarai mobil.

Ditengah perjalanan, telepon masuk di HP Papa, dari Bp. Sarwono, salah seorang teman papa di PP RRI (Persatuan Pensiunan Radio Republik Indonesia). Karena Papa sedang menyetir, Ibu yang menerima teleponnya.
Demikian potongan percakapan yang terjadi...
Bp. Sarwono : "Bu, tadi Bapak naik kereta dari Gambir ya?"
Ibu saya : "Iya Pak, ini sekarang sudah di perjalanan ke Lembang."
Bp. Sarwono : "Sempat sarapan di Hoka Hoka Bento?"
Ibu saya : "Lho, iya... Memangnya Pak Sarwono di sana juga?"
Bp. Sarwono : "Nggak Bu, barusan ada orang dari Hoka Hoka Bento telepon ke Sekretariat PP RRI cari Bapak Suryanta. Kebetulan saya ada disana dan saya yang menerima teleponnya. Katanya Bapak ketinggalan dompet di Hoka Hoka Bento. Mereka coba telepon rumah di Lembang nggak ada yang angkat, HP Bapak juga..."

Mendengar akhir cerita Ibu saya, langsung saya berteriak mengucap, "Alhamdulillaaaaahhhh... Ya Allah, Papa Ibu itu diselamatkan Allah terus yaaaaa.... Alhamdulillaaaahhhh, masih ada orang baik yang mau susah payah sampai interlokal ke Lembang untuk cari pemilik dompetnya...."

Yang ingin saya bagi dalam notes kali ini adalah hal yang saya pelajari dari kejadian ini :
  1. Sebelum meninggalkan suatu tempat, periksa apakah ada barang yang tertinggal. Untuk kasus Papa saya, mengenal betapa perfectionistnya beliau, saya yakin ini akibat penurunan daya ingat karena usia yang semakin senja :)
  2. Sikap baik juga menghasilkan balasan yang baik. Saya tahu selama ini Papa selalu bersikap baik pada orang lain tanpa memandang kedudukan maupun status sosial mereka. Saya yakin Papa bersikap baik pada pramusaji di Hoka Hoka Bento. Papa saya meskipun panik karena kehilangan dompet, memilih bersikap baik pada petugas meskipun dompetnya tidak ditemukan. Alhamdulillah, sikap tersebut berbalas dengan sikap penuh bantuan dari mereka, terutama dari pramusaji Hoka Hoka Bento yang menemukan dompet Papa saya.
  3. Letakkan kartu nama pribadi di dompet kita, meskipun mungkin kita tidak tahu kapan kartu tersebut bisa berguna. Petugas Hoka Hoka Bento yang menemukan dompet Papa saya menghubungi sekretariat PP RRI (Papa saat ini menjadi salah seorang Dewan Pertimbangan PP RRI) karena ada kartu nama Papa di dalam dompetnya.
  4. Tetap menerima incoming calls meskipun orang tersebut bukan orang yang kita memorikan nomornya di HP. Namun saya pribadi masih tetap menolak telepon yang tanpa nomor sehingga hanya tertera tulisan "Private Number". Bagi saya, orang yang menyembunyikan identitasnya tidak pantas saya layani teleponnya.
  5. Pastikan kita membersihkan harta kita dari hak orang lain. Dalam kejadian ini saya cukup yakin, dompet Papa saya dikembalikan beserta seluruh isinya tanpa kurang sepeserpun karena Papa saya memastikan untuk selalu mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah dari harta yang Allah titipkan kepada Papa.

Alhamdulillah ya Allah... Banyak pelajaran yang Engkau berikan dari kejadian yang kurang menyenangkan kali ini.

Jakarta, 28 Januari 2012
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar