Kamis, 22 Maret 2012

Ada Apa Dengan Bunga ?














Di teras depan rumah kami tercinta
ada bunga kamboja berwarna merah fanta
di tanam oleh Ibu saya
dan dirawat dengan penuh cinta
sehingga rajin berbunga

Ketika pulang dari mesjid setelah shalat magrib dan isya
terkadang Ifan - putra sulung saya - memetiknya
lalu memberikannya kepada saya
"Bunda, ini bunga untuk bunda..."
demikian selalu katanya

Fian - putra bungsu saya - juga mulai meniru abangnya
ketika melihat sang bunga berkembang ceria
Fian memetiknya dan juga memberikannya kepada saya
"Bunda, ini bunga untuk bunda..."
demikian juga katanya

Saya pun menyelipkan bunga tersebut di telinga
seraya tersenyum sambil berkata,
"Terima kasih ya untuk bunganya..."
dan spontan Ifan atau Fian akan berkata,
"Bunda cantik sekali memakai bunga..."

Hari ini, sebelum berangkat kerja
ketika Ifan sudah sekolah dan Fian masih terlelap dalam tidurnya
di teras depan rumah kami tercinta
saya bertemu dengan Rahma, putri tunggal sang asisten rumah tangga
usianya sebaya dengan Nada (almh) jika masih ada

Dengan mata berbinar dan rambut rapi di kepang dua
Rahma menyodorkan bunga kamboja
namun berwarna kuning ceria
sambil tersenyum manis Rahma berkata,
"Bunda, ini bunga untuk bunda..."

Kemudian, Rahma mencium tangan saya seraya berkata
"Hati-hati di jalan ya bunda..."
sambil menyelipkan bunga pada jilbab dekat telinga
saya mencium keningnya dan dengan terharu berkata,
"Terima kasih, Rahma..."

Bunga kamboja meskipun cantik rupanya
terkadang tumbuh di tempat orang berduka cita
namun kata orang, bunga adalah tanda cinta
maka puji syukur saya panjatkan kepada Yang Maha Pencipta
karena memberikan anak-anak yang penuh cinta dalam kehidupan saya...

Jakarta, 22 Maret 2012
Yeni Suryasusanti


Kamis, 15 Maret 2012

Jelang 6th Kepergianmu, Nada...


Ku mulai hari ini dengan tetesan air mata
ketika rasa rindu padamu kian menggelora
teringat keping-keping kenangan sepenuh cinta
jelang 6 tahun kepergianmu, Nada
jelang 8 tahun usiamu jika engkau masih ada...

Terkadang terbersit rasa sedih dan duka
karena tak sempat mendongengkan berbagai cerita
dan menjelaskan bagaimana transformasi hidup seorang wanita :
ibarat dari ulat yang kerjanya hanya bermain dan bercanda
menjadi kepompong yang harus terjaga keutuhannya
untuk kemudian menjadi kupu-kupu yang mempesona

Pun tak sempat pula
mendidikmu untuk bisa menghadapi dunia
menjadi seorang anak yang cerdas dan ceria
menjadi seorang wanita yang dewasa dan dapat dipercaya
menjadi seorang istri dan ibu yang penuh kasih dan bijaksana

Bukan bermaksud menggugat Sang Pencipta
bukan pula karena Bunda tak rela
engkau pergi berpulang kepada-Nya
bagaimana mungkin Bunda tak bahagia
karena tahu engkau akan menjadi penghuni surga?

Ya Allah yang Maha Memiliki hati manusia
hanya dengan pertolongan-Mu aku akan bisa
menghilangkan semua duka lara
dan bersabar atas segala coba
ketika rasa iba diri tengah melanda...

Jakarta, 15 Maret 2012
Yeni Suryasusanti