Kamis, 30 Mei 2013

Ketika Fian Juga Mulai Belajar Memberikan Solusi :D


Pagi itu dimulai dengan kehebohan.
Fian yang sedang rewel memaksa agar saya ikut mengantarkannya ke sekolah. Sebetulnya bisa saja meskipun waktunya sangat sempit karena dia masuk sekolah Pk. 07.30 WIB, asal kami berangkat naik motor dan setelahnya suami saya mengantarkan saya hingga ke kantor.
Memang saya lebih sering berangkat bersama adik sepupu saya yang tinggal bersama kami, naik motor pula, bersamaan dengan Dede berangkat kerja. Saya akan ikut hingga setengah jalan, kemudian melanjutkan dengan kendaraan umum atau ojek tergantung waktu sisa yang tersedia agar saya tidak terlambat sampai ke kantor.

Kembali kepada keinginan Fian pagi itu, sayangnya saya tidak bisa memenuhinya.
Suami saya baru saja kembali malam sebelumnya sehabis konvensi organisasi yang diikutinya selama 5 hari di luar kota, dan belum terbalas rasa lelahnya akibat menjadi panitia sehingga kurang tidur selama di Makassar.
Jadi, sungguh hal yang riskan memaksanya mengantarkan saya ke kantor naik motor membelah jakarta, karena koordinasi suami sedang tidak dalam keadaan prima.
Sementara kalau menggunakan mobil, meski lebih aman untuk suami saya, jelas saya akan terlambat tiba di tempat kerja. Lagipula kebetulan kedua orang tua saya sedang datang ke Jakarta, dan mobil sedang digunakan oleh mereka untuk mengantar kerabat yang mau berobat ke rumah sakit.

"Bunda ikut antar Fian ajaaaaa...." tangis Fian berkeras.
"Nggak bisa, Fian, kasihan Ayah, Ayah masih capek baru pulang dari Makassar. Bunda berangkat sama oom Dede ya... nanti malam kan Bunda akan temani Fian lagi..."
"Kalo gitu kita naik mobil ajaaaaa...." balas Fian tidak mau menyerah.
"Nggak bisa, nanti Bunda terlambat kerja dong... Lagian mobilnya kan sedang dipakai Aki Nini ngantarin kakek kumis..."

Fian berhenti menangis, mulai terlihat berpikir.
"Kalo gitu kita naik motor aja, Bunda ikut ngantar Fian dulu..." putusnya.
"Lho, trus Bunda ke kantornya gimana?" protes saya.
"Nanti Ayah antar Bunda lagi ke oom Dede... Oom Dede nunggu Bunda dulu di rumah..."

Nyaris tersenyum karena melihat betapa keukeuhnya Fian, saya menjawab,
"Nggak bisa, Fian, nanti oom Dede terlambat ke kantor dong... Kalaupun oom Dede ikut nyusul ke sekolah Fian untuk kemudian bareng Bunda kerja, tetap aja Bunda hanya ikut sampai setengah jalan ke kantor dan nyambung bis lagi dan Bunda bakal telat deh..."
"Bundaaaaaa......" tangis Fian mulai lagi begitu melihat tidak ada jalan keluar bagi keinginannya.
"Kapan-kapan kalau Ayah sudah nggak capek, nanti Bunda ikut antar Fian ya..." bujuk saya.
"Iya, tapi kapan?" tuntut Fian ingin memastikan.

Saya berpaling kepada suami yang selama itu mendengarkan, dan bertanya kapan kira-kira saya bisa ikut mengantar Fian dan suami mengantarkan saya ke kantor setelahnya.
"Besok juga bisa kog, dengan catatan jam 7 kita sudah jalan karena Ayah ada keperluan," sahut suami setelah menimbang-nimbang.

Saya kembali menghadap Fian, kemudian mengusap air matanya.
"Insya Allah besok Bunda ikut antar Fian ya, tapi Fian harus sudah siap jam 7. Kalau belum siap, berarti Bunda nggak bisa antar Fian... Sekarang Fian berangkat sama Ayah dulu."
"Oke, Bun..." jawab Fian masih dengan mimik sedih dan mata berkaca-kaca.

Keesokan harinya tepat jam 7 pagi...
"Bunda, Fian sudah siappp!!!" jerit Fian bersemangat.
"Fian, bilang ke ayah dulu gini : Ayah, hari ini jadi kan Bunda ikut antar Fian?" kata saya mengajari Fian tentang konfirmasi.

Fian pun berlari ke luar, menghampiri suami saya yang sedang memakai jaket.
"Ayah, hari ini Bunda ikut antar Fian kan?" tanya Fian penuh keyakinan.
"Nggak bisa..." suami saya meledeknya.
"Yaaaaaa Ayaaahhhh..... Bundaaaaa kog kata Ayah nggak bisaaaa???" protes Fian keras sambil berlari menuju saya.
"Bilang ke Ayah : Ayah, kan udah janji... Kalau janji itu kan harus ditepati..." sambil tersenyum saya mengajari.
"Apa Bun? Ditetapi?" tanya Fian terlihat bingung.

Saya tertawa, menyadari Fian menemukan kata yang baru baginya.
"Bukan ditetapi... Di-te-pa-ti..." eja saya perlahan.
"Ditepati... Ditepati itu apa?" tanya Fian lagi.
"Kalau janji ditepati itu artinya janjinya dilaksanakan, nggak bohong..." jelas saya.
"Ooohhhh...." Fian mengangguk tanda mengerti.

Fian pun berlari kembali ke hadapan suami saya.
"Ayah, janji itu kan harus ditepati... Kemarin ayah udah janji Bunda bisa ikut antar Fian kalau Fian udah siap jam 7. Sekarang kan jam 7, Fian nggak terlambat..." tuntut Fian teguh :D
"Iya deh..." suami saya pun tertawa.

Fian menjerit senang, kami pun berangkat bersama.

Setelahnya saya baru menyadari bahwa untuk anak berusia belum genap 5 tahun, Fian ternyata cukup gigih mencari solusi agar tujuannya tercapai. Meskipun solusi yang diberikan belum sempurna karena belum mengakomodir kepentingan seluruh pihak yang terlibat sehingga menghasilkan win win solution, namun saya rasa cukup luar biasa usahanya dalam berpikir. Fian tidak hanya menuntut dengan tangisannya, tapi ikut memikirkan bagaimana menyelesaikan masalahnya, dan mau menunda keinginannya ketika tidak menemukan solusi yang baik untuk semua pihak.
Duh saya terharu jadinya...

Telah terbaca oleh saya karakternya, kelak Fian akan menjadi anak yang tidak puas hanya dengan "janji tanpa kepastian/batas waktu", terlihat dari tidak puasnya Fian atas jawaban "Kapan-kapan Bunda ikut antar Fian" yang saya berikan hari sebelumnya, dan menuntut kepastian waktu yang dia follow up pula keesokan harinya hingga tujuannya tercapai...

Ya Allah, Sungguh luar biasa karunia-Mu kepada kami semua
Engkau berikan kepada kami putra-putra yang mau belajar mencari solusi untuk kepentingan bersama
Ya Allah, peliharalah kebeningan hati mereka
Agar tetap bisa menghasilkan solusi yang adil dan bijaksana

Setelah di Bulan Januari 2013 Ifan yang berusia 12th memberikan win win solution (http://yenisuryasusanti.blogspot.com/2013/01/ketika-ifan-belajar-memberikan-solusi.html) , kini Fian yang usianya baru jelang 5th di pertengahan bulan ini mencontoh dengan juga mulai belajar memberikan solusi :)

Ya Allah, nikmat mana lagi yang bisa saya dustakan?
Alhamdulillah...

Jakarta, 30 Mei 2013
Yeni Suryasusanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar