Rabu, 20 April 2016

Tentang Ifan, Kesabaran dan Komitmen


Tentang Ifan dan Kesabaran

Sekitar 3 tahun yang lalu saya pernah menulis tentang strategi memilih sekolah di PPDB 2013 disini  :

Ifan yg sebenarnya ingin masuk SMPN 111 akhirnya masuk SMPN 89 karena gagal bersaing di jalur umum sementara SMPN 111 bukan merupakan jalur lokal kami.
Saat itu, beberapa teman ada yang melakukan dan saya disarankan untuk berusaha lebih dengan pindah KK agar SMPN 111 menjadi jalur lokal kami, atau memindahkan Ifan saat naik kelas 2 nanti.

Saya dan suami sepakat untuk menolak melakukan saran itu.
Kenapa?
Pindah KK (Kartu Keluarga) merupakan cara yang egois menurut kami. Ketika kita tinggal disuatu pemukiman, selayaknya kita bukan hanya mengambil manfaat dari sana melainkan juga memberi manfaat. Layakkah pindah KK hanya demi sekolah anak tapi kita secara fakta sama sekali tidak kenal dan bermanfaat bagi tetangga disana?
Pindah KK berarti juga tidak mendukung pemerintah mengatasi kemacetan, membuat sekolah menjadi eksklusif dan jadi rebutan seolah sekolah lain tidak ada yg baik. Padahal ilmu bisa kita pelajari dimana saja, bahkan kadang lebih banyak yg didapat bukan dari bangku sekolah.
Pindah KK berarti juga mengurangi kesempatan warga yang memang tinggal di wilayah tersebut, dan berpotensi membuat kita menjadi dzalim.
Lain halnya jika kita benar-benar pindah rumah demi sekolah anak, saya anggap ini sebagai strategi dan investasi yg lebih jujur.
Sementara memindahkan sekolah saat anak di kelas 2?
Well, tujuannya apa? Hanya demi mengejar sekolah favorit? Sebesar itukah pengharapan kepada institusi sekolah?

Disamping itu, alasan utama kami tidak bertindak sejauh itu adalah demi Ifan.
Kami ingin Ifan berjuang di tempat yg sesuai dgn kemampuannya.
Kami percaya, terkadang menjadi ikan besar di kolam kecil lebih baik baginya karena bisa mendongkrak rasa percaya dirinya. Meski dilain waktu menjadi ikan kecil dikolam besar bisa mengajarkan anak arti berjuang.

Jadi kami meminta Ifan bersabar menjalani hari-harinya di sekolah pilihan keduanya. Dengan teman-teman yang nyaris semuanya baru karena mayoritas teman SDnya masuk ke SMPN 111. Dengan gaya pergaulan yang juga berbeda karena Ifan terbiasa dengan pergaulan di SD swasta dimana lingkungannya lebih homogen dan terjaga bahasa dan sikapnya, sementara SMPN 89 siswanya kebanyakan dari SD Negeri terdekat yang lebih heterogen pergaulan dan latar belakang keluarganya.

Perbedaan standar pergaulan ini juga sempat menjadi masalah.
Apa yang bagi teman-temannya adalah candaan, bagi Ifan adalah gangguan yang tidak sopan. Bercanda dengan memegang/menjitak kepala adalah diantaranya, yang bagi temannya merupakan keakraban, sementara bagi Ifan merupakan penghinaan.
Terlebih lagi, karakter Ifan yang memang lebih suka bersahabat dengan teman yang se-hobby, meski mau berteman tanpa memilih.
Akibatnya, Ifan pun sempat di bully dan akhirnya lebih suka menyendiri, kecuali saat bergabung dengan teman-teman se-hobby yang tidak banyak jumlahnya.
Sekali lagi, saya meminta Ifan untuk bersabar, belajar mengabaikan gangguan yang tidak menyenangkan, belajar berteman lebih dekat dengan orang yang berbeda karakter dan latar belakang, dan terutama belajar mengendalikan emosi.
Berkali-kali menghadap guru BP dan pernah pula kepala sekolah untuk kasus bully, Ifan yang dikenal selalu sopan dan ramah kepada guru jadi semakin diperhatikan dan diawasi.
Para guru BP, wakil kepala sekolah dan kepala sekolah ikut mendidik Ifan untuk bisa menerima lingkungannya, menasehatinya untuk masalah pengendalian emosi, membantu melerai dan menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan bantuan orang dewasa sebagai penengah.
Alhamdulillah... Kami bersyukur Ifan memiliki perangkat sekolah yang peduli...

Tentang Ifan dan Komitmen

Sejak usia 3 th Ifan mengenal dan mencintai komputer.
Hal ini dimulai sejak saat kami pergi ke Gramedia dan disana ada demo CD Interaktif Bobby Bola dan Aqal.
Ifan tidak mau beranjak dari sana, terpesona dengan program tersebut.
Akhirnya saya pun membeli dan mulai mengoleksi CD interaktif buat Ifan, dan mulai saat itu Ifan dan komputer seolah tak terpisahkan :D
Bahkan saat di TK, Ifan sudah berkata bahwa dia ingin jadi seorang programmer! Sungguh sebuah cita-cita yang tidak umum bagi seorang anak usia TK, karena biasanya anak-anak bercita-cita jadi dokter, polisi, bahkan presiden hehehe...

Ketika diterima di SD Bhakti, seperti sudah bisa diduga, Ifan memilih ekskul Computer Club. Disinilah minat dan bakatnya semakin dipupuk.
Ifan ikut mewakili sekolahnya untuk beberapa kompetisi di bidang komputer dan mendapatkan beberapa piala dari kejuaraan tersebut.
Teman-teman di SD Bhakti umumnya berasal dari keluarga yg homogen, cenderung berasal dari ekonomi menengah ke atas, sehingga mayoritas akrab dengan gadget.
Hingga tiba masanya Ifan meninggalkan CD interaktif dan memilih game.
Kebetulan saya dan suami diwaktu luang kami juga menyukai game, jadi terkadang Ifan dan kami bahkan saling berkompetisi :D

Namun ketika Ifan mulai memperlihatkan ketertarikan akan game agak diluar batas kewajaran, maka saya mulai berpikir bahwa hobbynya ini harus diarahkan.
Kebetulan saat itu Ifan kelas 4, dan sempat berkata ingin belajar tentang macromedia flash (Wow! Saya saja mengenal materi ini saat bekerja dari presentasi yang dibuat teman IT di kantor hahahha...).

Jadi saya pun pergi ke Gramedia dan membeli buku ini untuk Ifan :
Lalu sambil memberikan buku tersebut padanya, saya berkata sambil lalu, "Jadi gamers itu biasa, jadi pembuat game baru luar biasa..."
Karena buku ini dan tantangan saya, pada waktu kelas 5 SD Ifan menjadi salah seorang dari 5 pembuat game terbaik di sekolahnya :)

Waktu Ifan masuk SMP, sayangnya ekskul multimedia ternyata tidak diadakan meski peralatannya ada. Ternyata sekolah kekurangan tenaga ahli untuk mengajar materi ini kepada siswa.
Lalu sempat kurikulum 2013 dijalankan sehingga pelaran TIK (Teori Ilmu Komputer) dihapuskan, membuat Ifan menggerutu pelajaran kesukaannya tidak ada lagi di sekolah.
Alhamdulillah sekolah Ifan lalu kembali ke KTSP dan pelajaran TIK diadakan kembali.
Sayangnya, tidak seperti SD Bhakti, SMPN 89 jarang mengikutkan anak-anaknya kejuaraan. Sepanjang sekolah disini Ifan hanya pernah mengikuti Kompetisi Bahasa Inggris Story Telling dan menjadi juara 1 se-kecamatan Grogol Petamburan.
Tidak ada kejuaraan komputer.

Tapi, minat Ifan akan bidang ini tidak menyusut. Ifan bahkan minta dibelikan buku tentang "Minecraft" saat ulang tahunnya, dan bermodalkan buku tersebut diapun menjadi admin minecraft :D
Sepupu-sepupu Ifan kerap menelepon jika ingin meminta kode cheat game atau sekadar membahas game hehehe...

Waktu di awal kelas 9, saya kembali bertanya pada Ifan, "Masih mau jadi programmer?"
Dan Ifan menjawab dengan mantap, "Tentu saja!"
Lalu kami pun membahas bagaimana alur studinya.

SMU Jurusan IPA - Kuliah Komputer
Atau :
SMK Jurusan Komputer - Kuliah Komputer (bonus bisa langsung kerja sambil kuliah)

Saya menjelaskan bahwa jika di SMU IPA pelajaran akan umum seperti di SMP hanya sedikit menjurus ke mata pelajaran eksakta.
Tapi jika di SMK Jurusan Komputer maka pelajarannya akan lebih mendalam, dan siswa SMK dipersiapkan untuk bisa langsung bekerja disamping kuliah.
Maka Ifan pun memutuskan dengan mutlak akan memilih SMK sebagai kelanjutan studinya.
Setelah kami bersama-sama mencari informasi, ternyata di Jakarta Barat tidak ada satupun SMK Negeri yang memiliki jurusan komputer.
Jika Ifan mau memilih Jurusan Komputer, maka pilihannya adalah ke SMK Negeri di Jakarta wilayah lain, atau masuk ke SMK Swasta.

Nama SMK Telkom muncul dari rekomendasi teman dan keluarga.
Kebetulan salah seorang keponakan yang kuliah di ITB bercerita bahwa ada temannya yang jago, berasal dari SMK Telkom juga. Kebetulan juga, kedua kakak ipar saya berasal dari STT Telkom saat masih hanya ada program D3.
Lokasi SMK Telkom yang tidak terlalu jauh dari rumah, bisa diakses busway, menjadikan sekolah ini ideal buat Ifan.
Saya pun meminta Ifan untuk mempelajari dan mencaritahu tentang sekolah ini dengan lebih detail.

Ada 4 Program Studi Kehlian di SMK Telkom :

  1. Teknik Transmisi
  2. Teknik Jaringan Akses
  3. Teknik Rekayasa Perangkat Lunak
  4. Teknik Komputer dan Jaringan
Ada 2 jalur untuk masuk ke SMK Telkom, yaitu Jalur Rapor/Prestasi dan Jalur Reguler.



Untuk Jalur Prestasi, cukup menjalani test Psikotest dan Wawancara, sementara untuk Jalur Reguler menjalani Test Potensi Akademik.
Namun, SMK Telkom mengadakan Jalur Combo, yaitu ikut di jalur prestasi, namun jika gagal bisa tetap mencoba jalur reguler. Biaya jalur combo ini adalah Rp 350.000,-.
Suami saya mengambil Jalur Combo bagi Ifan untuk berjaga-jaga :)

Ifan dan Hikmah Kesabaran

Saya meminta Ifan mengisi dan menyiapkan sendiri seluruh Formulir dan lampiran yang dibutuhkan, saya bahkan tidak memeriksa dengan detail isi map yang sudah Ifan siapkan.
Ketika saya, suami dan Ifan mengembalikan Formulir Isian ke SMK Telkom, petugas administrasi menemukan Amplop Coklat bertuliskan JPK di dalam map Ifan.
Beliau segera memanggil atasannya.
"Ibu, ananda ternyata termasuk anak yg dinyatakan pantas  oleh sekolahnya mendapatkan JPK - Jalur Prestasi Akademik. SMK Telkom memang bekerjasama dengan beberapa SMP dengan memberikan jalur khusus bagi siswa pilihan, dan SMPN 89 mendapat jatah 5 siswa. Dengan masuk melalui jalur JPK maka ananda dibebaskan dari biaya pembelian formulir dan boleh memilih sendiri jurusan yang diinginkan tanpa perlu menunggu hasil test seperti siswa lain." demikian kata beliau.

Kami terpana, karena Ifan tidak bercerita tentang pemberian formulir JPK ini.
Ternyata, guru BP yang perhatian padanya bertanya Ifan ingin melanjutkan kemana. Saat Ifan menjawab ingin ke SMK Telkom, beliaupun memberi rekomendasi JPK.
Awalnya Ifan memilih Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Tapi setelah dijelaskan tentang jurusan Teknik Rekayasa Perangkat Lunak, serta merta Ifan beralih memilih RPL yang menurutnya (juga menurut saya) lebih sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Ifan menjalani Psikotest dan Wawancara pada tanggal 16 April 2016, dan dinyatakan lulus pada tanggal 18 April 2016.
Sekolah lanjutan sudah di tangan bahkan sebelum UN dilaksanakan...

Masya Allah... Alhamdulillah...

Saya berkata kepada Ifan, bahwa ini adalah buah dari kesabaran dan komitmen Ifan.
Karena jika Ifan dulu kami paksakan masuk ke SMPN 111, belum tentu dia mendapatkan JPK mengingat lebih banyaknya saingan, yaitu teman-temannya yang juga penggila game dan gadget...
Jika Ifan tidak pernah di bully sehingga dekat dengan guru BP, mungkin Ifan akan terlewat ditanyakan minat melanjutkan kemana sehingga harus berjuang lewat jalur biasa...

Hikmah yang paling utama adalah dengan kejadian ini, saya berhasil menanamkan tanpa keraguan kepada Ifan, bahwa dibalik ujian Allah akan berikan kemudahan...

Alhamdulillah... Maka nikmat Allah yang mana lagi yang bisa kami dustakan?

Jakarta, 20 April 2016
Yeni suryasusanti